JAKARTA - Di tengah Pandemi Covid-19, pemanfaatan tanaman air untuk aquascape semakin digandrungi. Tak hanya bagi penghobi, masyarakat luas kini semakin melirik keindahan tanaman di dalam air. Seni bercocok tanam di dalam air pun bukan hanya dijadikan sebagai pelepas penat, namun juga dapat dijadikan sebagai bisnis yang menguntungkan.
Namun demikian, tak banyak masyarakat yang mengetahui tentang jenis, manfaat serta kegunaan tanaman air untuk keindahan estetika maupun untuk keseimbangan ekosistem perairan. Tanaman air atau biasa disebut aquatic plant atau flora akuatik sangat banyak ditemukan di sekeliling perairan. Tanaman air merupakan tanaman yang harus tumbuh dalam air, dengan berakar pada lumpur atau mengambang di atas air tanpa akar pertahanan, dengan seluruh siklus hidup didalam air atau di dekat air (Aquatic environment professional).
Tanaman air dikelompokkan menjadi empat kelompok besar berdasarkan cara hidupnya yakni: (1) alga, merupakan tumbuhan air yang tidak mempunyai organ lengkap atau disebut tumbuhan bertalus; (2) tanaman yang mengambang di atas air, adalah tanaman yang muncul di permukaan air hanya daunnya saja, sedangkan organ lainnya berada di dalam air; (3) tanaman yang separuh badan di atas air dan separuh badan di dalam air, adalah tanaman air bagian daun hingga setengah batang badan berada di permukaan air dan setengah batang kebawah hingga akar berada di dalam air; dan (4) tanaman yang terendam air, adalah tanaman yang seluruh tubuhnya berada di dalam air atau di dasar air (Aquatic environments professional development continuing education course).
Berdasarkan hasil penelitian Media Fitri Isma Nugraha, yang merupakan peneliti dari Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), bidang Biologi, Genetika, Bioteknologi dan Evolusi, dikatakan bahwa tanaman hias memiliki beragam manfaat.
Manfaat pertama yakni sebagai penghilang amoniak untuk proteksi ikan. Secara natural dalam ekosistim perairan tanaman air dan ikan serta biota perairan lainnya memiliki simbiosis mutualisme. Ikan menyumbang hara berupa sisa pakan dan kotoran. Dibantu oleh bakteri pengurai, hasil buangan ikan terdekomposisi menjadi nitrat dan amoniak lainnya, yang dapat menjadi racun bagi ikan dan penyebab kematian massal pada ikan. Keberadaan tanaman air dapat memberikan kontribusi dalam penyerapan nitrat dan amoniak. Penyerapan amoniak oleh tanaman memberikan efek positif karena amoniak menghambat asimilasi nitrat yang diperlukan organisme lain.
Manfaat kedua, yakni sebagai pelindung ikan dengan mengeluarkan logam dari air. Logam berat berefek pada penghambatan reproduksi dan menekan nafsu makan pada ikan, sehingga menyebabkan sakit dan kematian pada ikan. Tanaman air mempunyai kemampuan dan sifat menyerap dengan cepat logam berat dan mendekomposisi menjadi humat yang bersifat mengikat dan mendetoksifikasi logam.
Ketiga, tanaman air bermanfaat sebagai chelator (penyaring) cemaran di perairan. Cemaran perairan banyak disebabkan oleh kontaminasi logam berat akibat aktivitas manusia. Chelator merupakan molekul kecil yang mengikat sangat erat ion logam. Tanaman air juga bermanfaat sebagai pengontrol alga. Kandungan allelophaty pada tanaman air tidak diragukan lagi sebagai formula pengontrol alga, dan sangat beracun untuk alga, karena memiliki kandungan fenolik.
Selain itu, tanaman air juga bermanfaat sebagai penyeimbang ekosistim perairan. Tanaman air mempunyai senyawa allelopati, yang merupakan suatu senyawa biomolekul atau allelokimia dan senyawa yang diproduksi oleh tanaman. Senyawa allelopati dapat mempengaruhi lingkungan dan organisme di sekitarnya serta tetap ada dalam tubuh tanaman meski sudah mati dan bersifat aktif. Manfaat lainnya yakni sebagai penyerap karbon dioksida. Karbon merupakan senyawa yang dapat mengganggu ekosistim perairan jika berada dalam jumlah yang berlebih. Tanaman air dapat menyerap unsur karbon yang terdapat dalam ekosistim akuatik atau ekosistim yang mewadahinya.
"Penghobi flora fauna akuatik tentu mengharapkan kehidupan dalam ekosisitim mini (akuarium) selalu stabil dan sehat. Dalam perawatan ekosistem mini ini, salah satu tantangan yang sering dialami adalah melimpahnya kandungan CO2 (karbon dioksida) dalam akuarium. CO2 merupakan masalah utama dalam akuarium yang berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan. Sisa bahan pakan dan CO2, membutuhkan alat perombak alami. Untuk itu, memberikan penyeimbang dalam akuarium sangat penting, penyeimbang tersebut adalah tanaman air yang mampu menyeimbangkan gerakan air dengan meningkatkan serapan hara (sisa pakan) oleh tanaman, serta mendistribusikan panas dan membawa oksigen ke ikan tanpa mengusir semua CO2 yang tersedia untuk tanaman air," ucap Media Fitri.
Lebih lanjut disampaikan, tanaman air di akuarium melepas oksigen dari akar sebanyak 70 persen. Air yang kaya oksigen akan otomatis memberikan lingkungan ekosistim yang sehat bagi kehidupan ikan. Penghobi aquascape juga harus mengetahui bahwa tanaman yang terendam selain melepaskan oksigen juga mempengaruhi ekologi akuarium. Hal tersebut membuktikan bahawa tanaman air memiliki dampak besar pada ekologi aquascape.
Humas BRSDM
Post a Comment