Sorong - Indonesia memang kaya akan sumberdaya alamnya, termasuk di Papua. Daerah paling timur Indonesia ini menyimpan kekayaan alam yang luar biasa, salah satunya beragam jenis ikan endemiknya. Tim dosen dari satuan pendidikan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), turun langsung ke lapangan untuk melakukan penelitiannya.
Kadarsuman, Dosen Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, satuan pendidikan BRSDM, telah melakukan penelitian tersebut untuk berbagai jenis ikan air tawar di daerah kepala burung Papua. Ia melakukannya bersama tim dari Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta, satuan pendidikan BRSDM lainnya, dan Universitas Cendrawasih Papua.
Hasil penelitian menunjukkan, ikan air tawar di kepala burung Papua terdiri dari 98 spesies yang mewakili 8 ordo, 22 famili, dan 38 genera (43 spesies adalah spesies endemik). Semenanjung Doberai adalah rumah bagi 51,16% dari total kekayaan spesies endemik di wilayah tersebut, disusul setelahnya adalah wilayah pegunungan Lengguru (20,93%), Kepulauan Raja Ampat (16,28%), dan Semenanjung Bomberai (11,63%). Atheriniformes (35 spesies) dan Perciformes (51 spesies) adalah ordo yang paling banyak memiliki ragam macamnya. Demikian pula, Melanotaeniidae (33 spesies) dan Gobiidae (23 spesies) adalah famili dengan keanekaragaman yang paling banyak.
Namun demikian, meskipun kegiatan ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengetahuan tentang keanekaragaman ikan air tawar di kepala burung Papua, dengan jumlah keragaman ikan sebagaimana di atas, menurut Kadarusman, di luar yang sudah diupayakan ia dan timnya, masih banyak keanekaragaman ikan lainnya yang belum terdokumentasi.
Berbicara mengenai keanekaragaman ikan ini tidak terlepas dari upaya konservasi untuk melestarikannya demi keberlanjutan, sebagaimana salah satu pilar KKP. Kadarusman mengatakan, Provinsi Papua Barat ditutupi oleh 9,4 juta ha hutan hujan. Sekitar 10,31% dari kekayaan hutan termasuk dalam kawasan lahan gambut. Karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat pesat ditambah pertumbuhan populasi dalam dekade terakhir, ikan-ikan asli ini kini menghadapi berbagai ancaman termasuk penggundulan hutan, pemukiman baru, pertambangan, dan pertanian.
Menurut Conservation International dan Suryadiputra (2016), terdapat 30 perusahaan swasta yang mengoperasikan perkebunan sawit di Papua Barat dengan total areal hunian mencapai 693.047 ha atau 7,37% dari total hutan Papua bagian barat.
Di bagian paling barat Papua Barat, khususnya di Kabupaten Sorong, sejak tahun 2006 Kadarusman dan tim telah mendokumentasikan penangkapan biota air tawar yang tidak berkelanjutan, seperti adanya penangkapan ikan dan udang galah oleh penduduk desa dengan menggunakan produk agri-kimia. Ikan-ikan asli tersebut sangat terancam, sehingga membutuhkan tindakan politik yang mendesak untuk memastikan kelestariannya. Saat ini, terdapat 44 spesies (24 genera) yang dianggap spesies terancam oleh daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Sejak awal program ikan pelangi tahun 2006 yang ia rintis bersama timnya, sebagian dari ikan air tawar BHP yang didomestikasi, kini tersedia di akuarium Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong. Terdapat pelestarian lebih dari 30 populasi ikan pelangi (17 spesies) berada dalam program domestikasi yang dipelihara di politeknik tersebut.
Post a Comment