Jakarta - Keberadaan sampah laut tentu saja memberi dampak pada kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya yang terdapat di lingkungan perairan laut, terutama bagi manusia yang mengkonsumsi produk yang berasal dari laut yang telah tercemar oleh sampah laut. Sumber sampah laut yang mengapung di permukaan lautan mungkin sulit untuk diidentifikasi, mengingat potensi durasi waktu sampah yang dapat mengapung dalam waktu lama. Perlu adanya penanganan lebih lanjut mengenai sampah laut di Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), menerbitkan buku karya ilmiah populer “Sampah Laut di Indonesia Potensi dan Metode Riset”.
Menurut The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Tahun 2013, sampah laut, atau saat ini lebih populer dikenal dengan istilah marine debris, adalah benda-benda padat yang secara langsung maupun tidak, disengaja atau tidak disengaja, dan dibuang serta ditinggalkan begitu saja di lingkungan laut. Keberadaan sampah laut tentu saja memberi dampak pada kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya yang terdapat di lingkungan perairan laut, terutama bagi manusia yang mengkonsumsi produk yang berasal dari laut yang telah tercemar oleh sampah laut.
Jenna R. Jambeck dalam artikelnya Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean (2015) mengatakan, Indonesia merupakan kontributor sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, dengan estimasi 0,48–1,29 juta metrik ton per tahun. Menurut Lebreton dalam River Plastic Emissions to The World’s Oceans (2015), masalah sampah di Indonesia umumnya disebabkan oleh aktivitas antropogenik dari darat yang kemudian masuk ke laut melalui sungai-sungai yang ada. Data menunjukkan, sebanyak 80% sampah laut berasal dari sampah yang dihasilkan di daratan yang berasal dari kegiatan antropogenik manusia. Sementara itu, sampah asli yang dihasilkan dari aktivitas laut sendiri hanya sejumlah 20%.
Untuk membantu para pemangku kepentingan dalam mengatasi perbedaan metode riset yang telah ada dengan harapan terbangun suatu basis data yang lebih baik dalam membantu proses penanganan sampah laut di Indonesia secara optimal, BRSDM melalui Amafrad Press menerbitkan buku “Sampah Laut di Indonesia: Potensi dan Metode Riset”, yang ditulis oleh Koko Ondara, peneliti pada Loka Riset Sumberdaya Dan Kerentanan Pesisir, Padang, salah satu Unit Pelaksana Teknis BRSDM.
Menurut Koko, kompleksitas dalam penanganan dan penelitian mengenai sampah laut, memerlukan pengembangan dan penggunaan sumber daya lebih lanjut, dengan melakukan pemantauan dan penilaian sampah laut, antara lain 1) memperkirakan jumlah sampah di tingkat lokal, regional dan nasional berdasarkan jenis dan penggunaan lahan atau parameter terkait lainnya; 2) menentukan jenis dan konsentrasi sampah berdasarkan kategori material pembentuk (plastik, gelas logam, karet, kertas/kayu olahan, kain, lainnya; 3) mengetahui distribusi spasial dan variabilitas sampah; serta 4) menentukan trend jenis dan konsentrasi sampah laut.
“Dalam pengumpulan database sampah laut yang ada di Indonesia diperlukan metode yang seragam agar tidak menyulitkan dalam membandingkan hasil yang diperoleh dari suatu lokasi dengan lokasi lainnya. Pedoman dalam buku ini dimaksudkan sebagai pendamping dan petunjuk awal dalam melakukan kegiatan riset. Setiap metode kegiatan riset sampah laut sangat variatif dan disesuaikan berdasarkan karakteristik dan morfologi area riset. Kondisi lapangan yang bervariasi dan permasalahan sampah laut yang terus berkembang mendorong dilakukannya secara terus menerus penyempurnaan pedoman riset sampah laut,” tuturnya.
Buku tersebut dapat diunduh secara gratis pada link http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/amafrad/issue/archive
Humas BRSDM
Post a Comment